Berdasarkan cerita historis para tetua dan tokoh-tokoh terpandang Kampung Gele Pulo, desa ini dulunya adalah bagian dari desa Kuala II yang sebelumnya dikenal dengan Kampung Gele, pada tahun 2012 terjadi pemekaran wilayah Kampung Gele dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu, Kampung Kuala I, Kuala II dan Gele Pulo. Warga yang tinggal di Gele Pulo sepakat untuk tidak menghilangkan nama Gele yang notabenenya adalah nama kampung terdahulu mereka.
?Demi mempertahankan nama lama kampung Gele masyarakat dan para tetua sepakat untuk tetap memakai kata Gele untuk kampung ketiga dengan dikuti kata Pulo setelahnya. Hal ini dikarenakan daerah Gele Pulo yang saat ini dulunya disebut dengan Pulo Atas, maka atas penggabungan dua nama di atas, terbentuklah nama Gele Pulo dan telah disepakati bersama untuk menjadi nama kampung yang sah hingga saat ini.
?Sejak awal terbentuknya desa Gele Pulo, desa ini memiliki tiga dusun, yaitu dusun Blang Pulo, dusun Angkip, dan dusun Roda.
?Nama dusun Blang Pulo berasal dari dua kata yaitu Blang yang artinya lapangan dan Pulo yang diambil dari nama Pulo Atas, kata blang atau lapangan ditetapkan karena dahulunya sebelum desa ini terbentuk ada sebuah lapangan luas yang disebut Blang di dusun angkip, lapangan yang luas tersebut menjadi hal ikonik dari daerah itu. Lalu kata kedua yaitu Pulo, kata ini juga diambil seperti makna kata “pulo” pada nama Gele Pulo, karena daerah tersebut dahulunya disebut Pulo Atas. Atas dasar ini para tetua desa menamakan dusun pertama sebagai Blang Pulo.
?Dusun kedua yaiu dusun Angkip, nama dusun ini diambil dari nama sungai di desa Gele Pulo dan terletak di dusun Blang Pulo, yaitu sungai Tali Angkip. “Sebenarnya nama dusun Blang Pulo dan Angkip ditempatkan secara tertukar, harusnya dusun yang terdapat sungainya “Tali Angkip” dinamai dengan “Angkip” dan yang ada lapangannya “Blang” dinamai dengan “Blang Pulo” namun seiring berjalannya waktu dan juga kebiasaan masyarakat yang sering salah sebut, menjadikan nama kedua dusun ini tertukar hingga sekarang ini” jelas wakil RGM Bapak Ruhdi Artono, 23 Juni 2022.
?Dusun ketiga yaitu dusun Roda, dusun ini dinamai dengan Roda karena sejarahnya pada zaman dahulu di tanah ini terdapat kincir air yang menjadi salahsatu alat istimewa bagi warga yang digunakan untuk menumbuk padi dan menggiling kopi dengan tenaga kincir air. Kincir air ini dikenal dengan sebutan roda air, karena inilah dusun ini dinamakan dengan dusun Roda.